selamat Datang di Blog BERAU - THE TREASURE OF BORNEO

Selamat Datang.....selamat membaca...semoga berguna....dan tidak membuat uang enam ribu perak per jam di warnet hilang begitu saja....

Minggu, 02 Januari 2011

Beradaptasi dengan Berau


Hari-hari pertama di Berau, utamanya Tanjung Redeb langsung diisi dengan kesibukan luar biasa untuk persiapan pembukaan kantor saya. Namun disela kesibukan tersebut, saya menikmatinya sambil mempelajari sedikit demi sedikit keadaan di Berau. Ceritanya beradaptasi. Bagaimana bertemu dengan warga sekitar kantor hingga berkenalan dengan petinggi-petinggi di Berau. Kesimpulan saya tentang orang Berau adalah....mereka semua sangat ramah dengan para pendatang. Sangat welcome, sangat hangat dan sangat bersahabat.

Hanya ada 2 hal yang kurang bersahabat dengan saya, yaitu cuaca dan harga barang!! Hehe... untuk urusan cuaca, Berau ternyata lebih puannass dibanding Samarinda. Panas di Berau jika sedang terik sangat membuat gerah. Kalau pulang ke rumah, sore atau malam, bawaannya pasti ingin langsung berendam di air. Sangat panas. Kata orang sini, cuaca panas ini mungkin diakibatkan oleh aktifitas tambang batu bara. Huft...saya belum berani memastikannya. Tapi seperti daerah lain di Indonesia, cuaca panas memang sudah menjadi kawan sehari-hari.

Yang kedua adalah masalah harga barang, ya harga semua komoditas termasuk harga sewa rumah dan lain-lainnya. Harga seporsi nasi kuning di Berau minimal Rp.12-15 ribu. Di Samarinda kita masih dapat harga Rp.7-10 ribu dengan lauk yang lengkap. Semua menu makanan harganya di atas rata-rata kota kelahiran saya. Cukup mahal dan menjadikan kita harus pintar mengatur keuangan untuk pos makanan. Tapi jangan sampai karena hemat kita jadi kurusan selama di Berau. Buktinya bb saya masih stabil hingga sekarang, hehe.... Meski untuk pos pengeluaran, pasti 30-50% lebih tinggi dibanding di kota sebelumnya.

Urusan harga yang lain, seperti rumah kontrakan atau kos-kosan juga mahal. Kos pertama yang saya tinggali Rp.500/bulan, konstruksi bangunan kayu dengan kamar mandi di luar. Ada 10 kamar dengan penghuni sekitar 15 orang, sementara kamar mandinya 5, namun yang berfungsi hanya 2, dan hanya 1 diantaranya yg bagus. Selama 1 bulan saya tinggal disini, untungnya saya sudah terbiasa dengan kondisi yang serba berkekurangan. Di kost ini terdapat orang Jakarta, orang Jogja, orang Bulungan hingga dari Samarinda seperti saya. Kelebihan kosan ini adalah lokasinya yang di tengah kota, sangat dekat dengan tepian Segah yang terkenal itu. Jadi kalau malam mau cari makan, cukup berjalan kaki ke luar kos kita sudah dihadapkan pada pemandangan warung-warung tenda aneka makanan. Sangat ramai dan mampu mengobati "efek kejut" akibat pindah ke kota kecil. He he...

1 bulan disana, saya kemudian pindah ke kontrakan seharga 9 juta/tahun, saya bagi 2 dengan anggota saya, sehingga ongkos akomodasi jadi ringan. Lokasinya di jalan Teuku Umar. Rumahnya minimalis modern, tergolong masih baru, 2 kamar dan punya dapur serta ruang tamu sendiri. Disitulah hingga sekarang saya berlindung dari panas dan hujan di Berau. Lokasinya relatif di pinggir kota, namun dekat dengan pusat perkantoran. Kalau mau cari makan, musti pake motor karena jaraknya lumayan.

Nah begitulah proses adaptasi saya dengan Berau. Relatif tidak ada kendala berarti, kecuali saya tidak bisa lagi menikmati prafucino di excelso cafe atau nonton film terbaru di 21. Itu saja, tapi bagi saya hal itu bukanlah masalah besar.

1 komentar:

  1. Halo Pak Lutfi, tidak sengaja saya membaca tulisan di blog anda, karena saya ingin mencari tempat kost atau rumah sewa di Berau. Rencananya 2 minggu lagi saya akan pindah ke Berau.
    Apakah saya dapat memperoleh informasi tentang rumah sewa atau kost di Berau saat ini Pak Lutfi ?
    Terima kasih atas bantuannya. Salam.

    BalasHapus